Cegah Karhutla Untuk Cegah Pandemi | BLOGGER GATHERING Hari Lingkungan Hidup

Dua tahun yang lalu telah terjadi peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang paling mengkhawatirkan selama dua dekade terakhir di negara Indonesia.

Hai readers! Apakah kalian tahu bahwa 4 hari yang lalu dimana lebih tepatnya tanggal 5 Juni 2021 merupakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia? Lalu apa pentingnya sih hari tersebut untuk kita? Nah, dengan adanya sebuah peringatan, kita sebagai manusia yang tak luput dari sifat "lupa" bisa menjadi sadar dan ingat dengan keadaan lingkungan hidup saat ini.

Dihari yang sama, aku mengikuti Blogger Gathering sesi kedua yang membahas tentang isu lingkungan juga. Topik kali ini yaitu "Cegah Karhutla Cegah Pandemi" dimana menurutku sangat berhubungan dengan keadaan lingkungan kita sekarang. Selama ini aktivitas membakar hutan dan lahan sudah seperti budaya di negara kita, lebih parahnya lagi keadaan sekarang berbarengan dengan wabah pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda. 

Apa sih kaitannya pandemi dengan Karhutla? Untuk mengetahui jawabannya, aku akan menjelaskan secara perlahan dan dimulai dengan pembahasan mengenai kebakaran hutan dan lahan terlebih dahulu.

Dua tahun yang lalu telah terjadi peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang paling mengkhawatirkan selama dua dekade terakhir di negara Indonesia. Data pemerintah memperlihatkan hutan dan lahan seluas 1,6 juta ha hangus dilahap api. Walaupun luas lahan yang terbakar tahun pada 2019 tidak sebesar lahan yang terbakar ditahun 2015, emisi gas rumah kaca yang dilepaskan kedua tahun tersebut hampir sama.

Emisi gas rumah kaca yang terlepas dapat menyebabkan kerusakan yang sangat parah terhadap bumi. Contohnya saja terjadinya perubahan cuaca dan sistem iklim. Jangankan hewan, manusia sekalipun akan kesulitan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang akan terjadi. Dimulai dari bencana alam, wabah penyakit baru, kekeringan dan masih banyak lagi. Untuk lebih jelasnya, kalian bisa membaca artikel ku yang berjudul "Mengatasi Perubahan Iklim Dengan Menjaga Pohon".

Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa kemarau panjanglah yang menjadi akar permasalahan terjadinya kebakaran hutan. Namun, kebakaran hutan juga telah terjadi disaat tidak adanya kemarau panjang. Oleh karena itu, penyebab lain yang lebih tepat dianggap sebagai akar permasalahan ini adalah ulah manusia.

Setelah membahas tentang kebakaran hutan secara singkat, apakah kalian tahu bahwa daerah yang terkena pandemi itu kebanyakan berasal dari daerah yang dideforestasi atau hilangnya areal tutupan hutan? 

Penyakit yang sering terjadi karena deforestasi yaitu zoonosis, penyakit yang secara alami bisa ditransmisikan dari hewan vertebrata ke manusia. Penyakit inilah yang menjadi awal mula terjadinya pandemi.


Memang benar jika masih banyak hal yang belum diketahui oleh manusia mengenai bagaimana virus bisa berpindah dari hewan ke manusia. Namun, fragmentasi hutan yang telah terjadi telah menjadi faktor utama dalam zoonosis. Ketika terjadi defortasi, maka akan ada spesies yang mati dan adapula yang bertahan. Spesies yang mampu beradaptasi inilah yang meningkatkan resiko zoonosis.

Ketika salah satu hewan dalam spesies tersebut memiliki penyakit dan berinteraksi atau bahkan dikonsumsi oleh manusia. Maka, bisa saja manusia tersebut akan sakit karena terjangkit oleh virus yang mampu berpindah dari hewan ke manusia. Contoh  kasus nyata saat ini adalah virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan banyak kematian beberapa tahun terakhir. Virus tersebut juga terbilang baru sehingga membutuhkan waktu yang panjang untuk mencari vaksinnya.

Untuk itu, kita sebagai manusia diharapkan mampu untuk menyadari betapa bahayanya kegiatan pembakaran hutan dan lahan terhadap kehidupan selanjutnya. Mari kita mencegah aktivitas Karhutla sekarang juga agar mencegah pandemi lain yang bisa menghampiri kehidupan kita.

#EcoBloggerSquad


Lawar adalah nama panggilan untuk pembaca situs Kamelawar.

When I die, the data live forever ✨ I hope this blog is useful for you and others.