4 Tren Generasi Alpha Yang Ramah Lingkungan

Generasi Alpha telah banyak mengadopsi tren-tren yang ramah lingkungan sebagai respons terhadap tantangan lingkungan yang dihadapi saat ini.

4 Tren Generasi Alpha Yang Ramah Lingkungan

Generasi Alpha, yang terdiri dari individu yang lahir antara tahun 2010 dan 2025, dihadapkan dengan tantangan besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Dalam rangka mendukung "1000 Gagasan Pembangunan Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan", generasi ini dituntut untuk mengadopsi tren yang ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam artikel ini, saya akan membahas empat tren utama yang diadopsi oleh generasi Alpha untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.

1. Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Saat ini, ada kata yang cukup terkenal dalam penyebutan gaya hidup yang ramah lingkungan yaitu zero waste lifestyle. Lalu, apa itu zero waste lifestyle? Jadi, zero waste lifestyle adalah sebuah gaya hidup atau cara menjalani siklus kehidupan yang bebas dari sampah.

Cukup banyak generasi Alpha yang telah mengadopsi gaya hidup zero waste sebagai respons terhadap masalah limbah yang semakin meningkat. Gaya hidup ini melibatkan praktik-praktik seperti Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang) untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.

Mereka memahami pentingnya meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti botol minum stainless steel atau kaca. Selain itu, mereka juga menggunakan kantong belanja kain atau tote bag daripada kantong plastik sekali pakai.

Generasi Alpha juga aktif dalam mengelola limbah organik melalui kompos atau penggunaan kembali sisa makanan untuk mengurangi pemborosan. Mereka mengerti bahwa setiap tindakan kecil dapat memberikan dampak besar terhadap lingkungan.

2. Eco-Influencer

Dalam era teknologi yang maju, generasi Alpha memiliki akses mudah untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan melalui media sosial. Mereka memanfaatkan platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok untuk menjadi eco-influencer, yaitu orang yang menggunakan pengaruh mereka untuk mempromosikan kesadaran lingkungan dan tindakan yang ramah lingkungan.

Walaupun saya bukan termasuk generasi Alpha, aku berusaha membuat konten sekreatif mungkin agar mudah dipahami dan enak dipandang. Aku baru saja memulai karir sebagai Eco-Influencer melalui platform instagram dengan username @ifeelufeel dan tentu saja melalui website ini juga. Jangan lupa difollow ya lawareaders!

Kamu bisa membahas semua topik yang berhubungan dengan lingkungan, seperti limbah plastik, perubahan iklim, deforestasi, keanekaragaman hayati, polusi udara, wisata alam, pengelolaan sampah, sayuran lokal, industri hijau, limbah elektronik, pertananian organik, pembangunan berkelanjutan dan lain sebagainya.

Dengan menghasilkan konten yang informatif dan menginspirasi, generasi Alpha dapat mencapai audiens yang lebih luas dan membangun komunitas yang peduli terhadap lingkungan. Mereka menyebarkan informasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan memberikan saran praktis tentang cara mengurangi jejak karbon dan mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

3. Bisnis Produk Ramah Lingkungan

Generasi Alpha memiliki kesadaran yang tinggi terhadap dampak lingkungan dari keputusan konsumsi mereka. Mereka cenderung memilih produk yang diproduksi secara bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Untuk itu, bisnis yang ingin tetap relevan di era generasi Alpha harus mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan.

Mereka mencari produk yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang atau bahan alami yang tidak merusak lingkungan. Mereka juga mendukung bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan yang kuat, seperti memberikan kontribusi terhadap kampanye pelestarian lingkungan atau pengembangan energi terbarukan.

Generasi Alpha juga mempengaruhi perubahan dalam industri dengan mendorong inovasi produk yang lebih ramah lingkungan. Mereka mencari solusi yang mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam.

Kulit Buah Mangga

Pixabay

Seringkali ditemukan masyarakat yang membuang kulit buah manga setelah mengonsumsi isinya. Ternyata yang sering kita anggap sampah ini mengandung AHA, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Flavanoid dan Beta Karoten loh. Wah para kaum hawa pasti tidak asing lagi dengan kandungan tadi. Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh dua orang mahasiswa yaitu Yuska Noviyanti dan Hepiyansori, beliau menyimpulkan bahwa ekstrak kulit mangga bisa diformulasikan menjadi masker gel.

Kulit Pisang

Siapa sih yang tidak tahu limbah ini? Jumlah akumulasi sampah dari kulit pisang terbilang cukup banyak dan belum diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat secara optimal. Gema Fitriyano dan Syamsudin Abdullah, mahasiswa yang melakukan penelitian menyimpulkan bahwa kandungan selulosa pada kulit pisang dapat dijadikan bahan baku pembuatan masker asap rokok.

Buah Tengkawang

wikipedia

Buah ini merupakan hasil alam yang berasal dari Kalimantan. Pohon Tengkawang sekarang cukup langka karena kebanyakan masyarakat beralih ke perkebunan sawit sehingga kurangnya pemberdayaan terhadap Tengkawang. Padahal pohon ini dikenal sebagai tumbuhan yang serbaguna, hanya saja kurang terkenal jadi kurang juga peminatnya.

Ditakutkan lagi, jika banyak yang beralih ke Sawit, lahan pohon semakin berkurang dan pohon Tengkawang akan rawan punah. Untuk itu diharapkan warga Indonesia sadar akan manfaat dari pohon Tengkawang ini sehingga banyak peminatnya dan menjadi solusi agar tidak terjadi kepunahan.

Buah Tengkawang sendiri merupakan hasil hutan bukan kayu, jadi kita tidak perlu takut akan dampaknya terhadap lingkungan. Bumi malah menjadi terjaga karena pohon berkontribusi dalam pembentukan awan dan curah hujan, mencegah banjir serta bencana lainnya.

Buah Tengkawang bisa diolah menjadi makanan bahkan jika diolah menjadi lemak bisa berfungsi sebagai cocoa butter substitutes (CBS) yang biasa digunakan industri kosmetik. Harganya juga terbilang lebih ekonomis dibandingkan lemak kakao.

Daun Pelepah Pinang

Dahulu, daun pelepah pinang sering ditemukan berserakan di tanah dan berakhir menjadi kompos alam atau dibakar oleh kita. Tetapi, ada sebuah inovasi yang menjadikan limbah pelepah pinang itu sebagai wadah makanan yang ramah terhadap lingkungan seperti kemasan dan piring. Mungkin ini bisa menjadi ide inovatif buat kamu agar semua orang bisa menjangkau produk ini lebih mudah.

Rumput Laut

Pixabay

Di dunia kecantikan, rumput laut sangatlah tidak asing apalagi di dunia dapur. Tetapi kalian tahu tidak sih kalau rumput laut itu bisa diolah menjadi plastik yang dapat terurai yang dikenal dengan bioplastik. Bahkan, biomassa selulosa dari rumput laut bisa diolah menjadi bioetanol yang merupakan salah satu energi alternatif. Bioetanol memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan dan mempunyai nilai oktan lebih tinggi daripada bahan bakar fosil. Selulosa dan hemiselulosa yang dimiliki oleh rumput laut juga bisa menciptakan sebuah kertas. Karena memiliki selusosa, maka sifat kertas yang diolah dari rumput laut tersebut bersifat kuat sehingga bisa diolah menjadi paper bag.

Limbah Bambu


Pixabay

Bambu adalah tumbuhan yang mempunyai kecepatan pertumbuhan tinggi. Sumber daya bambu di negara tropis ini juga cukup potensial. Limbah bambu bisa diolah menjadi tusuk satai, sumpit, kerajinan tangan bahkan bisa dijadikan bahan dasar industri tekstil hingga menjadi kain.

Limbah Papan Skate



Beberapa hari yang lalu, saya melihat teman saya memposting sesuatu yang sangat menginspirasikan. Kalian bisa lihat gambar di atas, begitulah tampilan benda yang berasal dari limbah serta ide cemerlang tentunya. Ternyata, papan skate bisa diolah menjadi sebuah kerajinan yang bermanfaat seperti anting-anting, kalung, jam tangan, bahkan kacamata loh. Apalagi untuk pecinta skate yang hobi gonta-ganti papan skate, bisa nih dijadikan ide bisnis. Memanfaatkan limbah papan skate menjadi lebih bernilai dan tidak berakhir di TPA.

Limbah Bulu Ayam


Pixabay

Jika aku berkata bahwa ada seorang manusia yang menciptakan sebuah daging yang berasal dari bulu ayam. Apa yang kamu pikirkan sekarang? Menjijikan atau luar biasa? Kalo aku pribadi, jujur awalnya aku merasa jijik sekaligus malu sama diri sendiri. Jijik karena beranggapan kalo bulu ayam itu kotor. Tapi, aku juga malu karena tidak bisa menciptakan hal seberguna itu untuk orang banyak.  Beberapa menit kemudian, aku baru ingat bahwa aku pernah makan ceker ayam. Aku juga pernah makan usus ayam, bahkan aku menyukai ampela ayam. Ternyata, yang menjijikan itu adalah pikiran aku sendiri. Tidak terbiasa dengan sebuah perubahan dan seakan ingin menyalahkan. 

Sorawut Kittibanthorn, seorang pria yang berasal dari Bangkok. Ia merubah limbah bulu ayam menjadi tepung dan akan diolah menjadi makanan tinggi protein seperti daging.  Limbah bulu ayam di dunia bisa mencapai puluhan ton setiap harinya. Sorawut merasa bahwa produksi daging dimasa depan akan menurun. Menurutnya, langkah ini bisa menjadi alternatif daging nantinya. Ia menghabiskan 2 tahun untuk menemukan resep yang tepat agar daging dari bulu ayam memiliki rasa yang sama dengan daging yang asli.

Dari beliau kita bisa belajar, sesuatu yang perlu kita terapkan dalam berbisnis adalah rasa peduli terhadap masa depan. Bukan hanya masa depan kita sendiri, tapi juga masa depan orang lain dan bumi yang biasa kita gunakan untuk hidup.

Equity Crownfunding

Jika tadi membahas seputar limbah, sekarang aku mau membahas tentang investasi. Kaum milenial wajib tahu nih mengenai investasi jenis ini. Equity Crownfunding itu merupakan layanan urun dana atau penggalangan dana yang akan dimodalkan untuk sebuah usaha. Jadi, platform investasi yang menggunakan sistem ini berarti menjadi sebuah jembatan bertemunya investor yang ingin memiliki bisnis dengan pengusaha ataupun start up yang membutuhkan modal.

Bisnis yang nanti berdiri itu adalah bagian dari hak kepemilikan investor juga, sesuai lembar saham yang dibeli. Saya sendiri juga memilih jenis investasi ini, alasannya adalah karena yang saya modalkan itu UMKM. Harapannya, uang saya yang mungkin terlihat tidak seberapa dapat membantu perekonomian para pelaku usaha ditengah pandemi seperti ini.

4. Berperan sebagai Volunteer

Generasi Alpha juga sangat terlibat dalam kegiatan sukarelawan yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Mereka menyadari bahwa tindakan nyata diperlukan untuk membuat perubahan positif dalam lingkungan mereka.

Dengan menjadi sukarelawan, generasi Alpha dapat terlibat dalam proyek-proyek lingkungan seperti penanaman pohon, membersihkan pantai, atau mengelola taman komunitas. Mereka juga berpartisipasi dalam kampanye lingkungan dan kegiatan penyuluhan seperti pendidikan lingkungan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan.

Selain memberikan dampak positif pada lingkungan, menjadi sukarelawan juga memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru serta memperluas jaringan sosial mereka.Berbicara tentang sukarelawan, saya jadi kepikiran dengan sebuah lembaga non profit yang akhir-akhir ini meningkatkan kepedulian saya terhadap lingkungan, yaitu Yayasan Madani Berkelanjutan. Saya suka banget melihat postingan Instagram di @madaniberkelanjutan.id yang bisa menambah wawasan tentang lingkungan. Selain itu, desain postingannya juga bagus banget dan sangat menginspirasikan saya.

Yayasan Madani ini juga sering loh mengadakan event untuk memperkuat rasa kepedulian khalayak umum terhadap lingkungan. Karena itu, untuk menjadi seorang relawan tidak hanya dengan bergabung tetapi bisa juga dengan mendirikan sebuah komunitas yang bergerak untuk planet bumi ini. Oh iya, bagi kalian yang kepo dan haus ilmu mengenai lingkungan, aku saranin untuk melihat di situs Madani, Instagram, Facebook, atau pun Twitternya.

Kesimpulan

Generasi Alpha telah mengadopsi tren-tren yang ramah lingkungan sebagai respons terhadap tantangan lingkungan yang dihadapi saat ini. Gaya hidup zero waste, menjadi eco-influencer, mendukung bisnis ramah lingkungan, dan menjadi sukarelawan adalah beberapa contoh tren yang mereka ikuti.

Dengan mengadopsi tren-tren ini, generasi Alpha memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Mereka menginspirasi orang lain dengan tindakan mereka dan membantu membangun masyarakat yang lebih sadar lingkungan.

Melalui kepedulian dan tindakan nyata, generasi Alpha membawa harapan untuk masa depan yang lebih baik, di mana manusia hidup berdampingan dengan alam dalam harmoni. Mari kita semua mendukung dan mengikuti jejak generasi Alpha dalam menjaga keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang.

Itulah 4 tren milenial ramah lingkungan versi Kamelawar, kalau versi kalian bagaimana? Ayo kita sama-sama mulai belajar untuk lebih peka terhadap dampak dari setiap keputusan yang nantinya kita ambil terhadap lingkungan ini. Jangan lupa bagikan artikel ini ya keteman-teman kalian, terima kasih banyak.




#1000GagasanEkonomi #TemenanLagi #Selamatkanhutan  #IndonesiaTangguh


Referensi :

Ariefta, R. d. (2019, Februari). Diakses dari ResearchGate: POTENSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii

Febriani, N. I. (2014). Diakses dari neliti: potensi yeast dalam fermentasi

Novianty, Y. d. (2018, Agustus). Diakses dari ReseatchGate: EKSTRAK_ETANOL_KULIT_BUAH_MANGGA_SEBAGAI_FORMULASI_MASKER_GEL





When I die, the data live forever ✨ I hope this blog is useful for you and others.